Bocoranspesifikasi dan desain Xiaomi Mi5 sudah beredar sejak pertengahan 2015. Kali ini, giliran bocoran harganya yang mengemuka. Dilansir KompasTekno, Kamis (21/1/2016) dari AndroidHeadlines, harga Mi5 disinyalir di atas 532 dollar AS atau lebih dari Rp 7,4 juta. Bocoran tersebut didapat dari sumber dalam Xiaomi. Hal tersebut cukup mengejutkan.

Khusus bagi orang yang pernah di pesantren tentu saja tidak asing lagi dengan Kitab Alfiyah Ibnu Malik. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai pengarang Alfiyah Ibnu Malik dan lainnya. Kitab monumental ini memuat Qawaid ak-Lughat al-Arabiyyah atau Tata Bahasa Arab terutama di Nahwu Shorof. Nah, selengkapnya penjelasan mengenai Kitab Alfiyah Ibnu Malik ada di bawah ini. Kitab Alfiyah Ibnu Malik merupakan kitab nahwu shorof secara lengkap dan tulis dengan bentuk nadhom atau syair. Mengapa dinamakan dengan Alfiyah? Sebab terdiri atas bait dan kitab satu ini juga sudah umum dipelajari pada pondok pesantren dengan Kitab Al-Ajurumiyah serta Imriti. Kitab Alfiyah Ibnu Malik ini isinya mengenai kaidah gramatika di Bahasa Arab dan pengarang Alfiyah Ibnu Malik bernama Syekh Muhammad bin Abdullan bin Malik. Namun lebih sering disebut Imam Ibnu Malik di bentuk nadham. Membaca nadham Alfiyah umumnya membutuhkan waktu kurang lebih 1 ยฝ jam untuk bisa menyelesaikan bait tersebut. Nadham Alfiyah sudah jadi karya yang cukup fenomenal dan tentu saja digemari oleh para santri dan pelajar muslim sebab dapat membantu dalam memahami kaidah Bahasa Arab. Secara menyeluruh, Alfiah Ibu Malik ini isinya mengenai kaidah gramatika di Bahasa Arab dan lazim disebut dengan Nahwu Shorof. Siapa Pengarang Kitab Alfiyah Ibnu Malik Bagi Anda yang penasaran dengan pengarang Alfiyah Ibnu Malik, berikut ini biografinya. Ibnu Malik merupakan seorang ulama besar yang cukup dikenal sebuah kitab yang namanya Alfiyah. Sudah dilekaskan sebelumnya bahwa kitab ini berisi mengenai kaedah atau gramatika Bahasa Arab dan juga sering dipelajari di dunia pesantren hingga fakultas-fakultas secara umum. Kitab ini juga dijadikan sebagai landasan pengajaran literatur Bahasa Arab pada salah satu universitas yaitu Universitas Al- Azhar Kairo-Mesir. Nama Lengkapnya adalah Syeikh Al-Alamah Muhammad Jamaludin ibnu Abdillah ibnu Malik Al-Thay. Beliau lahir di kota kecil bernama Jayyan, Spanyol dan beliau saat itu termasuk penduduk setempat yang mencintai tentang ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya mereka sibuk dalam berlomba-lomba untuk dapat mencapainya dan ada juga yang bersaing untuk menciptakan karya ilmiah. Kisah Saat Sang Pengarang Kitab Alfiyah Ibnu Malik Dihinggapi Raja Ujub Siapa yang tidak kenal dengan Kitab Alfiyah dan pengarangnya. Pengarang Alfiyah Ibnu Malik ini adalah seorang ulama besar yang sangat populer. Beliau dapat melahirkan kitab syarah berjilid-jilid dan juga karya yang begitu banyak. Namun dibalik itu semua, ada satu cerita menarik selama proses menulis muqaddimah nadham yang luar biasa dan masih saja dilantunkan di sejumlah pesantren dan madrasah. ูˆูŽุฃุณู’ุชูŽู€ุนููŠู’ู†ู ุงู„ู„ู‡ูŽ ูููŠู’ ุฃู„ู’ููู€ู€ูŠูŽู‘ู‡ู’ ยค ู…ูŽู‚ูŽุงุตูุฏู ุงู„ู’ู†ูŽู‘ุญู’ูˆู ุจูู‡ูŽุง ู…ูŽุญู’ูˆููŠูŽู‘ู‡ู’ Dan aku memohon kepada Allah untuk kitab Alfiyah, yang dengannya dapat mencakup seluruh materi Ilmu Nahwu ุชูู‚ูŽุฑูู‘ุจู ุงู„ุฃูŽู‚ู’ุตูŽู‰ ุจูู„ูŽูู’ุธู ู…ููˆู’ุฌูŽุฒู ยค ูˆูŽุชูŽุจู’ุณูู€ุทู ุงู„ู’ุจูŽุฐู’ู„ูŽ ุจููˆูŽุนู’ุฏู ู…ูู†ู’ุฌูŽุฒู Mendekatkan pengertian yang jauh dengan lafadz yang ringkas serta dapat memberi penjelasan rinci dengan waktu yang singkat ูˆูŽุชูŽู‚ู’ุชูŽุถููŠ ุฑูุถูŽุงู‹ ุจูุบูŽูŠู’ุฑู ุณูุฎู’ุทู ยค ููŽู€ุงุฆูู‚ูŽุฉู‹ ุฃูŽู„ู’ููู€ู€ู€ู€ูŠูŽู‘ุฉูŽ ุงุจู’ู†ู ู…ูุนู’ุทููŠ Kitab ini menuntut kerelaan tanpa kemarahan, melebihi kitab Alfiyah-nya Ibnu Muโ€™thi Saat sampai di sini, kemudian Ibnu Malik akan menjelaskan pada pembaca jika kitabnya jauh lebih unggul dan juga komprehensif dari sebuah kitab yang merupakan buatan ulama sebelumnya yang bernama Yahya bin Abdil Muโ€™thi bin Abidin Nur Az-Zawawi al Maghribi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Muthi. Di kitab Hasyiyah al-Allamah Ibnu Hamdun ala Syahril Makudi li Alfiyah bin Malik menjelaskan. Kemudian Ibnu Malik melanjutkan baitnya ููŽุงุฆูู‚ูŽุฉู‹ ู„ูŽู‡ูŽุง ุจูุฃูŽู„ู’ูู ุจูŽูŠู’ุชู Mengunggulinya [karya Ibnu Muโ€™thi] dengan seribu bait,โ€ฆ.. Hingga akhirnya belum sampai selesai membuat bait ini, secara tiba-tiba Ibnu Malik terhenti dan kemudian inspirasinya hilang. Karena tidak mampu lagi meneruskan baitnya yang akan dilanjutkan tadi karena tiba-tiba saja pikiran menjadi kosong dan hal seperti ini dirasakan beliau hingga beberapa hari. Sampai pada suatu waktu beliau bertemu dengan seseorang di dalam mimpinya. Percakapan beliau dengan seseorang di dalam mimpinya kurang lebih seperti ini โ€œ Aku mendengarkan kamu sedang membuat Alfiyah mengenai ilmu nahwu?โ€ โ€œBenar, kata Ibnu Malik โ€œSampai dimana?โ€ โ€œFaiqatan laha bi alfi baitinโ€ฆโ€ โ€œApa yang membuat kamu terhenti untuk meneruskan bait ini?โ€ โ€œAku tidak berdaya selama beberapa hariโ€ ia menjawab lagi. โ€œKamu ingin menyelesaikannya?โ€ โ€œIyaโ€ Kemudian seseorang yang datang di dalam mimpinya tersebut menyambungkan bait ููŽุงุฆูู‚ูŽุฉู‹ ู„ูŽู‡ูŽุง ุจูุฃูŽู„ู’ูู ุจูŽูŠู’ุชู yang tadi terpotong dengan ูˆูŽ ุงู’ู„ุญูŽูŠู‘ู ู‚ูŽุฏู’ ูŠูŽุบู’ู„ูุจู ุฃูŽู„ู’ููŽ ู…ูŽูŠู‘ูุชู Orang hidup memang kadang dapat menaklukkan seribu orang mati Tenang saja, orang hidup meskipun cuma seorang akan dijamin bisa mengalahkan berapa saja banyak orang yang tidak memiliki kuasa pembelaan karena sudah mati. Nah, kalimat ini adalah sindiran kepada Ibnu Malik karena kebanggaannya pada kitab Alfiyah yang dianggapnya jauh lebih bagus dibandingkan dengan kitab buatan ulama yang sebelumnya, yaitu bernama Ibnu Muthi yang sudah wafat. Ini adalah tamparan yang keras kepada Ibnu Malik dan beliau segera menanyakan. โ€œApakah kamu Ibnu Muthi?โ€ โ€œBenarโ€ Kemudian Ibnu Malik insaf dan sangat malu sehingga pada pagi harinya langsung membuang potongan bait yang belum diselesaikan dan mengganti dengan 2 bait muqaddimah. ูˆูŽู‡ู’ูˆูŽ ุจูุณูŽุจู’ู‚ู ุญูŽุงุฆูุฒูŒ ุชูŽูู’ุถููŠู’ู„ุงู‹ ยค ู…ูุณู’ู€ุชูŽูˆู’ุฌูุจูŒ ุซูŽู†ูŽุงุฆููŠูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู…ููŠู’ู„ุงูŽ Beliau [Ibnu Muโ€™thi] lebih istimewa karena lebih awal. Beliau berhak atas sanjunganku yang indah ูˆูŽุงุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽู‚ู’ุถููŠ ุจูู‡ูุจูŽู€ุงุชู ูˆูŽุงููุฑูŽู‡ู’ ยค ู„ููŠ ูˆูŽู„ูŽู‡ู ูููŠ ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุงุชู ุงู„ุขุฎูุฑูŽู‡ู’ Semoga Allah melimpahkan karunianya yang luas untukku dan untuk beliau pada derajat-derajat tinggi akhirat Pelajaran yang Dapat Diambil Dari Kisah Pengarang Alfiyah Ibnu Malik Nah, jadi kisah di atas bisa diambil pelajaran yang baik dari kisah pengarang Alfiyah Ibnu Malik, bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat menganggap ilmunya lebih unggul dari ulama lainnya atau sebelumnya. Penjelasan Ibnu Malik di Kitab Alfiyah mungkin saja lebih lengkap serta detail dari karyanya Ibnu Muthi. Namun, penjelasan Ibnu Muthi karya sebelumnya tetap saja dianggap lebih penting sebab memberikan dasar-dasar rintisan untuk karangan ulama selanjutnya, seperti Ibnu Malik. Di sebuah hadits disebutkan abaukum khairun mun abnaikum ila yaumil qiyamah yang artinya adalah para pendahulu lebih baik dari generasi penerusnya sampai hari kiamat. Kisah tersebut akan mengingatkan mengenai begitu pentingnya untuk ketawaduan. Pencapaian atau prestasi yang sudah diraih meski sehebat apapun tidak boleh menyombongkan diri dengan membandingkan. Bahkan Ibnu Malik hampir ke arah tersebut dan segera membenah diri. Akhirnya karyanya dapat memberikan ilmu pengetahuan dan berkah seperti air yang terus mengalir sampai sekarang. Jadi seperti itulah penjelasan mengenai Kitab Alfiyah, pengarang Alfiyah Ibnu Malik dan juga kisah dibalik membuat bait kitab Afiyah yang bisa memberikan banyak pelajaran kepada kita semua. Baca juga Inilah Prinsip-prinsip Utama Menghafal Al-Qurโ€™an
Beliauberguru dengan murid-murid Ibnu Malik. Kitab beliau bernama Manhaj as-Salik fi al-Kalam 'ala Alfiyah Ibnu Malik. Al-Makudi (w. 780 H). Beliau mensyarah Alfiyah dua kali, kecil dan besar. Yang di cetak saat ini adalah yang kecil yang di beri hasyiah oleh Ibnu Hamidun. Karya lain Ibnu Malik selain kitab Alfiyah antara lain: Views Oleh Abdul Muiz Syaerozi Alfiyyah Ibnu Malik demikian populer dan melegenda. Kitab ini di kenal dibelahan dunia, baik daratan timur maupun barat. Di barat, โ€œThe Thousand Versesโ€ nama lain dari kitab Alfiyyah Ibnu Malik ini dijadikan panduan utama di bidang kajian linguistik Arab. Di Indonesia, Alfiyyah Ibnu Malik juga di kaji diberbagai daerah. Pesantren-pesantren yang tersebar di wilayah Nusantara hampir tidak ada yang menyingkirkan peranan kitab ini. Semua pesantren menempatkan Alfiyah Ibnu Malik sebagai rujukan utama. Ia menjadi kitab yang paling dominan dalam study gramatika-mortofologi Arab. Besarnya peranan Alfiyyah Ibnu Malik tampaknya menjadi titik puncak bagi harapan si pengarang. Ibnu Malik pernah mengungkapkan melalui satu bait dalam nadzomnya; โ€œWaqad yanubu anhu ma alaihi dal kajidda kullal jiddi wafrokhil jadalโ€. Nadzom ini seolah-olah mengisyaratkan keinginan Ibnu Malik bahwa Alfiyyah yang benar-benar telah menggantikan perannya munjukkan seperti sebuah langkah penuh keseriusan dan kebahagian yang tiada tara. Harapan akan manfaat kitab Alfiyyah Ibnu Malik bagi dinamika ilmu keislaman juga pernah diungkapkannya melalui salah satu bait dalam nadzomnya; โ€œWallahu Yaqdhi bihibatin waafiroh li walahu fi darojatil akhirohโ€. Semoga dengan ampunan yang sempurna, Allah memberikan aku dan dia Ibnu Muโ€™thi sebuah drajat tinggi di akhirat. Peran penting Alfiyyah Ibnu Malik tidak hanya di tuntunjukkan oleh geliatnya yang tinggi di Andalusia, melainkan juga pengaruhnya bagi pembentukan karakteristik dan corak keilmuan lainnya. Misal, tafsir al-Makki Ibn Abi Thalib al-qaysi, atau Tafsir al-Muharrar al-Wajiz karangan Ibnu Athiyyah. Tafsir-tasir karangan ulama Andalusia itu ternyata banyak dipengaruhi oleh mencuatnya Alfiyyah Ibnu Malik di daratan tersebut. Ini ditandai dengan cara penafsiran Al Qurโ€™an dengan menggunakan pendekatan Nahwu- Shorof. Tidak hanya itu. Alfiyah Ibnu Malik sebagai pusat perhatian dunia dalam konteks keilmuan gramatika-mortofologi Arab juga di buktikan dengan munculnya kitab-kitab kembangan. Audhah al-Masalik, Taudhih al-Maqaโ€™shid, Manhaj as-Salik, Al-Maqashid as-Syafiโ€™iyyah, syarakh Abu Zayd al-Makudi dan lain-lain adalah kitab reproduksi Alfiyyah Ibnu Malik. Kitab-kitab tersebut merupakan penjelasan secara detail tentang nadzom-nadzom Alfiyah, baik dikemas dengan model Syarah maupun Hasyiyah. Begitu banyak orang yang cenderung mengkajinya, sampai-sampai Ibnu Malik sebagai pengarangnya dinobatkan sebagai Taj ulama an-Nuhaat Mahkota Ilmu Nahwu. Alfiyyah Ibnu Malik adalah karya monumentalnya. Lalu, bagaimana perjalanan intelektual pengarang Alfiyah Ibnu Malik? Dan bagaimana perkembangan Alfiyah di Indonesia saat ini?. Biografi Intelektual Ibnu Malik Ibnu Malik memilki nama lengkap Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad ibnu Abdullah ibnu Malik al-Thaโ€™i al-Jayyani al-Andalusi. Penisbatan kata al-Jayyani al-Andalusi pada dirinya adalah penisbatan dimana daerah ia berasal. Abdillah kecil lahir di kota Jayyan, salah satu kota utama di Andalusia Spanyol bagian Selatan, pada tahun 1203 M. Atau pada bulan Syaโ€™ban tahun 600 H. Ia dikenal sebagai anak yang cerdas. Sejak kecil Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad telah berhasil menghafal al Quran dan ribuan hadis. Karenanya, ia disayang banyak guru. Mula-mula, Ibnu Malik belajar pada ulama-ulama tersohor dikota kelahirannya, seperti Tsabit bin Khiyar, Ahmad bin Nawwar dan Abdullah as-Syalaubini. Dari ketiga tokoh itu, Ibnu Malik kecil memperoleh ilmu-ilmu keislaman. Seiring dengan usianya yang bertambah, Ibnu Malik sangat rajin dan penuh semangat. Ia berhasrat mendalami ilmu-ilmu keislaman yang populer dimasanya, seperti Hadis dan Tafsir. Namun karena situasi politik yang kurang mendukung, Ibnu Malik harus rela meninggalkan kota kelahirannya. Jayyan pada 1246 M jatuh ke tangan tentara Castella. Perjalanannya cukup panjang. Dinasti Muwahhidun tidak lagi menjadi penguasa yang kokoh. Satu persatu daerah kekuasaannya di semenanjung Andalusia jatuh ke pihak lain. Pertama-tama Toledo; kota pusat ilmu pengetahuan di Spanyol Utara, kemudian disusul Huesca. Pada tahun 1119, giliran Zaragoza Sarqasthah terlepas dari tangan Muwahhidun. Lalu Counca pada tahun 1177 M. Tidak hanya kota-kota itu, Silves Syalb, Merida, Bajah atau Badajos, Ibza dan Cordoba jatuh pula ke tangan tentara Castella. Semua ini terjadi pada tahun-tahun yang berbeda. Kemudian pada tahun 1234 Giliran kota Miricia dan kota Tolavera pada tahun 1236 M. Kota Denia dan Lisbona juga jatuh ketangan pihak lain sebelum akhirnya kota Jayyan juga jatuh ketangan tentara Castella. Situasi politik inilah yang memaksa Ibnu Malik harus meninggalkan kota kelahirannya. Ibnu Malik hijarah ke Damaskus, sebuah kota dimana Malik pertama kali singgah sedang mengalami pergeseran kekuasaan; dari dinasti Ayubiyyah ke dinasti Mamalik. Bagi Ibnu Malik, pergeseran ini membawa berkah tersendiri. Pasalnya, Dinasti Mamalik adalah dinasti kuat dengan sitem keamanan yang terjamin sehingga dia dapat mengerahakan segala kemampuannya Badzlul wusโ€™i untuk mengais lebih dalam tentang ilmu โ€“ilmu keislaman dengan leluasa. Di Damaskus, Ibnu Malik justru memalingkan orientasinya. Awalnya hendak memperdalami ilmu Hadis dan Tafsir, tetapi belakangan cenderung ke ilmu nahwu dan shorof. Perubahan orientasi keimuan Ibnu Malik dilatari oleh rasa ingin tahu tentang fenomena struktur bahasa arab yang ia temui berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Padahal, gramatikal arab sangat penting perannya dalam memahami al-qurโ€™an dan Hadis sebagai sumber keilmuan. Sungai disusuri, laut pun hendak di arungi. Demikian pribahasa yang paling tepat untuk menggambarkan sosok Ibnu Malik. Belum puas mendalami ilmu nahwu dan shorof di Demaskus, Ibnu Malik melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke kota Hallab Aleppo,; Syiria Utara. Di kota ini Ibnu Malik belajar kepada Muwaffiquddin ibnu Yaโ€™isy dan Ibnu Amriโ€™un al-Hallabi. Berkat kecakapannya mengkomparasikan teori-teori nahwu-shorof madzhab Iraq, Syam Masyriq dan Andalusia Maghrib, karir intelektual Ibnu malik kian di perhitungkan di kedua kota itu. Ia di kenal dan dinobatkan sebagai tajโ€™ulama an-Nuhat mahkota ilmu nahwu. Ia kemudian diangkat menjadi dosen di madrasah kota Hamat selama beberapa Tahun. Namanya mulai kesohor. Sultan al-Maliku as-Sholih Najmuddin al-Ayyubi, seorang penguasa Mesir, meminta Ibnu Malik mengajar di Kairo Mesir. Ia menetap di Kairo untuk beberapa tahun hingga akhirnya kembali ke Demaskus. Di kota ini, sampai akhir hayatnya, Ibnu Malik menggembleng murid-muridnya yang terkenal, seperti Badruddin Ibnu Malik, Ibnu Jamaโ€™ah, Abu Hasan al-Yunaini, Ibnu Nahhas, dan imam an-Nawawi. Selain karya monumentalnya; Alfiyyah Ibnu Malik, Abu Abdillah Jamaluddin Muhammad ibnu Abdullah ibnu Malik al-Thaโ€™i al-Jayyani al-Andalusi juga mengarang banyak kitab antara lain, al-Muwashal Fi Nadzm al-Mufashsal, Sabk al-Mandzum wa-fakk al-Makhtum, Ikmal al-Alam bi Mutslats al-Kalam, Lamiyah al-Afal wa-Syarhuha, al-Muqoddimah al-Asadiyah, iddah al-Lafidz wa-umdah al-Hafidz, al-Itidha fi az-Zha wa ad-Dhad dan irab Musykil al Bukari. Kebanyakan kitab-kitab yang dikarangnya ini mengetengahkan tema-tema Linguistik. Reproduksi Alfiyyah Ibnu Malik di Indonesia Di Indonesia, Alfiyyah Ibnu Malik disambut antusias. Dari dulu hingga kini pesantren-pesantren yang tersebar di berbagai wilayah mengkaji kitab ini. Bahkan, dalam pandangan masyarakat pesantren, seseorang akan dikatakan alim jika dia benar-benar telah memahami dan sekaligus hafal nadzom-nadzom Alfiyah secara keseluruhan. Kompetisi para santri yang di wujudkan dalam bentuk lomba-lomba atau musabaqoh hafalan Alfiyyah membuktikan pentingnya Alfiyyah di mata masyarakat pesantren. Bagi para pemenang, tidak hanya mendapatkan medali secara material, melainkan pula hadiah sosial. Pemenang akan dianggap sebagai santri yang cerdas dan pandai. Selain di hapal dan di pahami, Kitab Alfiyah Ibnu Malik juga di kembangkan. Seperti di pondok pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Pesantren Ploso, Pondok Pesantren Sarang Rembang, Pondok Pesantren Tegal Rejo Magelang, Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon dan pesantren-pesantren lainnya. semua kitab-kitab reproduksi itu, kebanyakan tanpa mencantumkan nama penyusun dan hanya mencantumkan nama penulis khotnya. Paling tidak, ada tiga model kitab reproduksi Alfiyah Ibnu Malik yang berkembang di pesantren. Pertama, model pembahasan menyeluruh. Model ini berusaha menjelaskan perkalimat dari lafadz-lafadz atau kalimat-kalimat yang tercantum di dalam nadzom Alfiyyah Ibnu Malik. Kedua model penjelasan terbatas. Model ini hanya memaparkan atau menjelaskan kalimat-kalimat yang dianggap perlu dipaparkan secara naratif. Dan terakhir adalah model penjelasan pernadzham. ini lebih cenderung menjelaskan satu atau beberapa nadzhom yang masih berbicara dalam satu tema. Secara teknis, penulisan kitab-kitab reproduksi Alfiyah Ibnu Malik ada yang menggunakan bahasa arab dan ada pula yang menggunakan arab pegon. Namun kesemuanya, tetap mengacu pada kitab-kitab garamatika Arab karya ulama-ulama timur tengah sebagai bahan rujukannya. Hal ini mungkin karena belum ditemukannya kitab-kitab gramatika-mortofologi Arab karya ulama-ulama Nusantara masa lalu. Dan yang paling menarik adalah penamaan atas kitab-kitab kembangan Alfiyah itu. Di pesantren Babakan Ciwaringin misalnya, kitab itu di istilahkan dengan takriran. Ini berbeda dengan pesantren Lirboyo. Di Lirboyo, istilah yang digunakan adalah Taqrir. Begitu pula di pesantren Tegal rejo. Pesantren ini menggunakan istilah tahrir. Perbedaan itu, apakah sebatas perbedaan dialek atau karena memang mempunyai makna yang beda sama sekali. Ini tentu harus mendapatkan perhatian secara khusus. Wallahu alam bissawab.
RomantikaAlfiyah Ibnu Malik, Donomulyo, Jawa Timur, Indonesia. 990 likes. Penulis Alfiyah Yang Tak Hafal Alfiyah
Dalamrangka menghilangkan atau minimal mengurangi kecanggungan santri menulis dalam teks Arab dan menjaga hafalan nazam sekaligus pemahaman atas Alfiyah, mungkin selain menjelaskan isi kitab karya Ibnu Malik itu, santri-santri juga digembleng untuk latihan menulis dengan bekal "jurus-jurus" yang telah dikuasainya.
IbnuMu'ti adalah salah satu guru daripada Ibnu Malik yang mengarang 1000 Nadzam juga yang bernama "Alfiyah Ibnu Mu'ti". Seusai Ibnu Malik menulis baris ke-5 seketika itu hafalan 1000 bait lainya hilang, kemudian untuk mengatasi kesedihan atas hilangnya hafalan, Ibnu Malik pergi berziaroh ke makam Ibnu Mu'ti yakni gurunya.
. 303 363 483 379 312 303 57 28

cerita alfiyah ibnu malik