AsbabunNuzul dan Hikmah Surah At Tin. Surah At Tin, penamaan surah At Tin diambil dari bunyi ayat pertamanya. Termasuk kedalam surat makiyyah yang diturunkan di Mekkah dan urutan surat ke 95 dalam al quran. Membacanya tentu saja mendapat pahala. Selain itu banyak hikmah yang bisa diambil. On August 12, 2022 Views 10 Alyazea Amanda Latin dan Terjemahan Surat Al Isra Ayat 26 وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا Wa āti żal-qurbā ḥaqqahụ wal-miskīna wabnas-sabīli wa lā tubażżir tabżīrā Artinya Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Asbabun Nuzul Surat Al Isra Ayat 26 Belum ditemukan asbabun nuzul dari ayat ini Tafsir Kementrian Agama Republik Indonesia Surat Al Isra Ayat 26 Dan berikanlah haknya kepada keluarga-keluarga yang dekat, dari pihak ibu maupun bapak, berupa bantuan, kebajikan, dan silaturahim. Demikian juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, berikanlah zakat yang diwajibkan atas kamu, sedekah yang dianjurkan atau bantuan lainnya yang diperlukan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros dengan membelanjakannya pada hal-hal yang tidak ada kemaslahatan. Pada ayat ini, Allah swt memerintahkan kepada kaum Muslimin agar memenuhi hak keluarga dekat, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan. Hak yang harus dipenuhi itu ialah mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih sayang, mengunjungi rumahnya dan bersikap sopan santun, serta membantu meringankan penderitaan yang mereka alami. Sekiranya ada di antara keluarga dekat, ataupun orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan itu memerlukan biaya untuk keperluan hidupnya maka hendaklah diberi bantuan secukupnya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Orang-orang yang dalam perjalanan yang patut diringankan penderitaannya ialah orang yang melakukan perjalanan karena tujuan-tujuan yang dibenarkan oleh agama. Orang yang demikian keadaannya perlu dibantu dan ditolong agar bisa mencapai tujuannya. Di akhir ayat, Allah swt melarang kaum Muslimin bersikap boros yaitu membelanjakan harta tanpa perhitungan yang cermat sehingga menjadi mubazir. Larangan ini bertujuan agar kaum Muslimin mengatur pengeluar- annya dengan perhitungan yang secermat-cermatnya, agar apa yang dibelanjakan sesuai dengan keperluan dan pendapatan mereka. Kaum Muslimin juga tidak boleh menginfakkan harta kepada orang-orang yang tidak berhak menerimanya, atau memberikan harta melebihi dari yang seharusnya. Keterangan lebih lanjut tentang bagaimana seharusnya kaum Muslimin membelanjakan hartanya disebutkan dalam firman Allah swt Dan termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih orang-orang yang apabila menginfakkan harta, mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, di antara keduanya secara wajar. al-Furqan/25 67 Adapun keterangan yang menjelaskan makna yang terkandung dalam ayat tentang larangan boros yang berarti mubazir dapat diperhatikan dalam hadis-hadis Nabi sebagai berikut Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Rasulullah saw bertemu Sa’ad pada waktu berwudu, lalu Rasulullah bersabda, “Alangkah borosnya wudumu itu hai Sa’ad!” Sa’ad berkata, “Apakah di dalam berwudu ada pemborosan?” Rasulullah saw bersabda, “Ya, meskipun kamu berada di sungai yang mengalir.” Riwayat Ibnu Majah Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia berkata, “Datanglah seorang laki-laki dari Bani Tamim kepada Rasulullah saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah! Saya adalah seorang yang berharta, banyak keluarga, anak, dan tamu yang selalu hadir, maka terangkanlah kepadaku bagaimana saya harus membelanjakan harta, dan bagaimana saya harus berbuat.” Maka Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kamu mengeluarkan zakat dari hartamu jika kamu mempunyai harta, karena sesungguhnya zakat itu penyucian yang menyucikan kamu, peliharalah silaturrahim dengan kaum kerabatmu, dan hendaklah kamu ketahui tentang hak orang yang meminta pertolongan, tetangga, dan orang miskin. Kemudian lelaki itu berkata, “Wahai Rasulullah! Dapatkah engkau mengurangi kewajiban itu kepadaku?” Rasulullah saw membacakan ayat Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Lalu lelaki itu berkata, “Cukuplah bagiku wahai Rasulullah, apabila aku telah menunaikan zakat kepada amil zakatmu, lalu aku telah bebas dari kewajiban zakat yang harus dibayarkan kepada Allah dan Rasul-Nya,” lalu Rasulullah saw bersabda, “Ya, apabila engkau telah membayar zakat itu kepada amilku, engkau telah bebas dari kewajiban itu dan engkau akan menerima pahalanya, dan orang yang menggantikannya dengan yang lain akan berdosa.” Riwayat Ahmad Sumber Tafsir Kementrian Agama Republik Indonesia Versi Online KisahNabi Yusuf, Cerita Terindah dalam Al-Quran (2) Prostitusi di Masa Nabi Muhammad dan Asbabun Nuzul Surat An-Nur Ayat 33; 40 Hadis Keutamaan Al-Quran (3) Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir di Surat Al-Kahfi; Mukjizat Nabi SAW Menerangi Jalan Sahabat Saat Gelap Gulita; Doa-doa Para Nabi yang Tercantum Dalam Al-Qur'an BAB 2 Surat Al Isra Ayat 26-27 dan Surat Al Baqarah Ayat 177 1. Surat Al Isra Ayat 26-27 Surat Al Isra dikenal juga dengan nama Surah Bani Israil termasuk golongan surah Makiyah. Khusus pada ayat 26 – 27 pada surah Surah Al Isra ini memiliki asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh At Tabrani yang bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri dan dalam riwayat lain oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa ketika turun ayat ini, Rasulullah saw. Memberikan tanah di Fadak tanah yang diperoleh Rasullah dari pembagian ganimah atau rampasan perang kepada Fatimah. Isi kandungan Surat Al Isra ayat 26-27 sebagai berikut  Allah swt telah berfirman dan memerintahkan kepada kita semua sebagai umat Islam untuk memberikan atau menunaikan hak berzakat, shadaqah, infaq dll kepada keluarga-keluarga yang dekat, orang miskin, musafir orang yang dalam perjalanan.  Dalam ayat ini berisi perintah untuk berbuat baik kepada kaum dhuafa seperti orang orang miskin, orang terlantar, dan juga orang yang dalam perjalanan.  Hak lainnya yang harus ditunaikan adalah "mempererat tali persaudaraan dan hubungan kasih saya satu sama lain, saling bersilaturahmi, bersikap lemah lembut dan sopan santun, memberikan bantuan kepada mereka, dan memberikan sebagaian rizeki yang Allah swt berikan kepada kita semua.  Selanjutnya Allah swt memberikan penegasan bahwa kita dilarang untuk menghambur-hamburkan harta yang kita miliki secara boros atau berlebihan, Islam mengajarkan kita kesederhanaan, sehingga kita harus membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhan saja, seperlunya saja dan tidak boleh berlebihan.  Dalam ayat yang ke 27 Allah berfirman bahwa orang-orang yang berperilaku boros adalah saudara-saudaranya setan, tentu kita tidak mau bukan menjadi saudara setan. Karena setan adalah makhluk yang Allah swt ciptakan, tetapi ia ingkar kepada Allah swt atau tidak mau menjalankan yang Allah swt perintahkan. Sehingga setan nantinya akan masuk ke dalam neraka, setan akan selalu menggoda manusia untuk mengajak kita masuk ke dalam neraka, tentu kita sebagai seorang muslim yang beriman tidak mau masuk ke dalam neraka, mengingat sangat pedihnya siksa di dalam neraka.   Yang dimaksud ibnu sabil bias juga diartikan sebagai orang yang pergi dari kampong halamannya untuk menuntut ilmu,untuk mencari keluarganya yang hilang ,atau orang yang tidak punya rumah sehingga sehariannya hidup dijalan teempat istirahat dan tidurnya di pinggir jalan gelandanganatau yang sedang bepergian dengan tujuan kebaikan. Mubazzir atau tabdzir menurut Imam Malik adalah mengambil harta dari jalan yang baik,tetapi membelanjakannya dengan jalan tidak baik. Implementasi dalam kehidupan sehari-hari Quran Surat Al-Isra' ayat 26 -27 sebagai berikut  Berusaha menjadi seseorang yang dermawan, memberikan sebagian rizky kepada orang-orang yang berhak menerimanya seperti kepada keluarga dekat, orang-orang miskin, ibnu sabil dan orang-orang yang membutuhkan.  Memperbanyak sedekah, shodaqoh, infaq.  Dalam hidup di dunia ini, tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap kaum yang miskin, semuanya kedudukannya sama baik yang miskin maupun yang kaya.  Meninggalkan gaya hidup boros, karena orang yang melakukan pemborosan adalah saudaranya setan.  Tidak menghambur-hamburkan harta, dan membelanjakan harta sesuai dengan kebutuhan.  Hidup sederhana dan bersahaja, tidak boleh berlebih-lebihan.  Lebih baik uang yang kita miliki di tabung untuk masa depan, atau dibelanjakan di jalan Allah swt misalnya untuk membangun masjid, membuat acara pengajian.  Menghindari sifat-sifat tercela seperti kikir, tamak, sombong, dan berfoya-foya.  Selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah swt, dan menggunakan yang sebaik-baiknya apa yang telah diberikan oleh Allah swt.  Menghindari kegiatan yang tidak ada manfaatnya yang bertujuan untuk foyafoya, senang-senang seperti mabuk-mabukan, main game, dll. Lebih baik menggunakannya untuk kegiatan yang lebih baik.  Menghindari perbuatan yang mubadzir, misalnya dengan menghidupkan lampu di siang hari, menghidupkan televisi dalam keadaan hidup pada saat tidur malam dll.  Budayakan hidup hemat     Melakukan bentuk kasih sayang Tidak menuruti bujukan hawa nafsu dan setan Bekerja dengan tekun untuk mencari nafkah demi keluarga. Mempelajari ilmu agama dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran Yang Dapat Dipetik Dari Al-Isra’ 26-27 1. Allah ta’ala menyuruh kita memberikan hak orang lain dari harta yang kita miliki, mulai dari kerabat dekat yang berada dalam kesulitan hidup kemiskinan, tetangga- tetangga yang miskin dan orang-orang yang pantas menerima infaq dari harta kita, seperti ibnu sabil. Kewajiban pertama kali pada harta adalah memberikan infaq kepada kerabat terdekat – ziilqurba- yang lebih membutuhkan, agar tercipta ketentraman dalam jiwa saudara kita, dapat menumbuhkan perasaan kasih sayang dan keharmonisan antar sesama. Menghilangkan sikap egois yang menghancurkan hubungan persaudaraan. Tumpahan kasih sayang tidak semata kepada saudara dekat tetapi juga kepada tetangga dalam kebutuhannya tidak mencukupi. Karena itu tidak etis bila orang jauh disantuni sedangkan tetangga dekat tidak dipedulikan. Adapun ibnu sabil adalah orang yang melakukan perjalanan jauh yang kehabisan perbekalan. Jadi dengan perintah infaq ini, kita menghilangkan rasa dengki dari orang lain dan menumbuhkan rasa persamaan. Kenikmatan yang kita peroleh dapat pula kiranya dirasakan oleh orang lain. 2. Tabzir adalah memberikan harta kepada orang yang tidak berhak menerimanya. Adapun pendapat lain yang mengatakan tabzir adalah menggunakan harta bukan pada jalan yang dibenarkan selain ketaatan yang menggunakannya untuk kemaksiatan kepada Allah ta’ala. Yang termasuk tabzir adalah menyia-nyiakan harta atau tidak dimanfaatkan untuk tujuan yang semestinya . Ar-razi mengatakan tabzir menurut bahasa adalah merusak harta dan menginfakkannya dalam bentuk berlebih-lebihan. Utsman bin aswad berkata “pernah aku melakukan thawaf bersama mujahid mengelilingi ka’bah, kemudian ia mengangkat kepalanya mengarahkan ke gunung abi qubais dan berkata andaikan ada orang yang menginfakkan hartanya sebesar gunung ini dalam hal ketaatan kepada Allah, tidak lah ia termasuk orang yang melampaui batas, dan andaikan ada orang yang menginfakkan hartanya sebanyak satu dirham untuk kemaksiatan kepada Allah, maka ia termasuk orang yang israf melampaui batas”. 3. Perlu kita ketahui bahwa perbuatan tabzir ini menafikan syukur, dan sinonim dari kufur nikmat, dimana syukur adalah memanfaatkan pemberian nikmat Allah sesuai dengan tujuan Allah menciptakannya. Kita dilarang berbuat tabzir, karena tabzir merupakan perbuatan setan. Sehingga orang yang berbuat tabzir adalah saudara-saudara setan ketika di dunia dan di neraka. Setan memanfaatkan tubuhnya atau nikmat Allah untuk berbuat ma’siat dan kerusakan di bumi oleh perbuatan manusia menyebabkan menjauhnya manusia dari jalan Allah ta’ala dan menghalang-halangi manusia berbuat ketaatan kepadaNya. Oleh karena itu, boleh lah kita menengok kembali pada diri kita. Apa sajakah bentuk tabzir yang pernah kita lakukan ? Apakah itu berupa tabzir pada uang belanja,makanan, pakaian, perlengkapan, umur, pembicaraan, dan lain-lain? Ina’uzubillah minattabzir. 2. Surat Al Baqarah ayat 177 ASBABUN NUZUL Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-thabari, imam Qurtubi dan Ibnul Mundzir yang bersumber dari Qatadah Bahwa turunnya ayat tersebut di atas Al-Baqarah ayat 177 sehubungan dengan pertanyaan seorang laki-laki yang ditujukan kepada Rasulullah Saw tentang “Al-Birr” kebaikan. Maka turunlah ayat ini. Sebuah riwayat dari Qatadah lainnya menyebutkan pada masa sebelum diturunkanya syari’at kewajiban, jika seseorang telah mengucap syahadat “Asyhadu alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuuluhu”, kemudian meninggal disaat ia tetap beriman maka bisa dipastikan akan memperoleh surga. Lalu setelah itu Allah menurunkan ayat ini. Riwayat lain dari Rabi’ dan juga Qatadah menyebutkan ayat ini diturunkan kepada orangorang yahudi dan nasrani, karena mereka berselisih pendapat mengenai arah kiblat. Orangorang yahudi berkiblat ke arah barat, tepatnya baitul maqdis, sedangkan orang-orang nasrani berkiblat kearah timur, tepatnya terbitnya matahari. Lalu mereka berdebat mengenai pemindahan kiblat tersebut, dan setiap kelompok mempertahankan kiblat yang mereka miliki. Lalu turunlah ayat ini. Riwayat oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Adh-dhahak, Atha’, Sufyan dan juga Az-zujaj menyebutkan pada saat Nabi melakukan hijrah ke kota Madinah, disanalah diwajibkannya segala kewajiban selain shalat, dan kiblatpun dipindah kearah ka’bah di masjidil haram, kemudian ditetapkan juga pada saat itu segala hukuman. Lalu turunlah ayat ini. Riwayat oleh Ad-daruquthni dari Fatimah binti Qais, ia berkata Rasulullah pernah bersabda ‫“ ان في المال لحقا سوى الزكاة‬sesungguhnya didalam harta itu ada kewajibanselain zakat”. Lalu turunlah ayat ini. ‫ي‬ ‫م قرب ي ي‬ ‫م و‬ ‫ن رباللهر يوال وي يووم ر ال ر‬ ‫ن ت كويللوا وك ك‬ ‫س ال وب ررر أ و‬ ‫ن يءا ي‬ ‫ن ال وب ررر ي‬ ‫ق يوال و ي‬ ‫ل ال و ي‬ ‫جوهيك ك و‬ ‫مغورر ر‬ ‫ل يي و ي‬ ‫م ي‬ ‫م و‬ ‫ب ويل يك ر ر‬ ‫خرر‬ ‫شرر ر‬ ‫ما ي‬ ‫ل‬ ‫حب بهر ذ يرويِ ال و ك‬ ‫سا ر‬ ‫ل ع ييلىَ ك‬ ‫ن ال ر‬ ‫م ي‬ ‫مىَ يوال و ي‬ ‫قوريبىَ يوال وي ييتا ي‬ ‫ن وييءايتىَ ال و ي‬ ‫يوال و ي‬ ‫مل يئ رك يةر يوال وك ريتا ر‬ ‫سربي ر‬ ‫ن يواب و ي‬ ‫كي ي‬ ‫ب يوالن رب ربيي ي‬ ‫ي‬ ‫صل ية ي وييءايتىَ الرز ي‬ ‫م إر ي‬ ‫ن رفي‬ ‫ذا ي‬ ‫عاهي ك‬ ‫موكفو ي‬ ‫ب ويأيقا ي‬ ‫يوال ر‬ ‫ن ب رعيهود ره ر و‬ ‫كاة ي يوال و ك‬ ‫دوا يوال ر‬ ‫م ال ر‬ ‫ن ويرفي البريقا ر‬ ‫ريِ ي‬ ‫سائ ررلي ي‬ ‫صاب ر ر‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ك‬ ‫ك‬ ‫حي ي و‬ ‫صد يكقوا ويأول يئ ر ي‬ ‫س أول يئ ر ي‬ ‫ن‬ ‫مت ر ك‬ ‫ضررارء وي ر‬ ‫ك ال ر ر‬ ‫قو ي‬ ‫سارء يوال ر‬ ‫ال وب يأ ي‬ ‫م ال و ك‬ ‫ك هك ك‬ ‫ن ي‬ ‫ذيِ ي‬ ‫ن الب يأ ر‬ Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta; dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Menurut riwayat Abdurrazzaq dari Ma'mar yang bersumber dari Qatadah bahwa ayat ini turun berkaitan dengan orang Yahudi yang menganggap kebajikan itu adalah shalat ke arah barat, sedang orang Nashrani mengarah ke timur. Jadi ayat ini memberikan pandangan yang benar tentang arti kebajikan… Bahwa kebajikan itu tidaklah terletak pada menghadapkan wajah ke timur dan ke barat.. sementara hati dan perasaan yang bersangkutan terlepas sama sekali dari kebajikan dan tidak mewujudkan kebajikan… ‫ن‬ ‫ن رباللهر يوال وي يووم ر ال ر‬ ‫خرر يوال و ي‬ ‫ن يءا ي‬ ‫ن ال وب ررر ي‬ ‫مل يئ رك يةر يوال وك ريتا ر‬ ‫ب يوالن رب ربيي ي‬ ‫م ي‬ ‫م و‬ ‫ويل يك ر ر‬ akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikatmalaikat, kitab-kitab, nabi-nabi Iman kepada Allah adalah titik awal perobahan hidup manusia dari pengabdian kepada makhluk untuk hanya mengabdi kepada Allah SWT belaka, merasakan bahwa Allah SWT selalu hadir memperhatikan segala tindak tanduk kita… bahwa tidak ada kelebihan manusia satu sama lain di hadapan Allah kecuali dengan taqwa… Iman kepada hari akhirat adalah mengimani keadilan Ilahi dalam memberi balasan kepada semua hambaNya… Keyakinan kepada hari pembalasan menimbulkan pengaruh yang sangat dalam pada kehidupan mukmin, bahwa; tidak ada secuil apapun kebajikan yang sia-sia, dan tidak ada satu segi kejahatanpun yang luput dari pengawasan Allah… mana-mana kebajikan yang diremehkan di sini, maka tetap akan diperhitungkan di sana, dan mana-mana kejahatan yang disembunyikan di sini, maka pasti akan dibalas di sana… Iman kepada malaikat adalah satu segi dari iman kepada yang ghaib… Iman kepada yang ghaib adalah pintu gerbang pertama yang harus dilewati manusia untuk meningkatkan dirinya dari taraf binatang yang hanya menangkap sesuatu dengan panca indera, menanjak naik ke taraf manusia yang dapat memahami bahwa maujud ini jauh lebih besar dari yang ditanggapi panca indera, termasuk ciptaan manusia yang tak lebih dari pancaindera yang diperluas… Iman kepada kitab-kitab dan nabi-nabi adalah iman kepada seluruh risalah dan seluruh rasul-rasul, itulah iman kepada kesatuan kemanusiaan, keesaan Tuhan dan kesatuan agama… bahwa orang mukmin itu adalah bahagian dari kafilah mukmin sepanjang sejarah, selalu memantapkan diri dalam pengabdian yang tulus kepada Ilahi. Mereka menyadari bahwa tanpa petunjuk Ilahi, maka manusia tidak akan pernah mampu memahami hakikat hidup sebenarnya. Petunjuk yang berupa wahyu itu diturunkan Allah kepada manusia melalui perantaraan para nabi dan rasul… Pokok –pokok kandungan Surat Al Baqarah ayat 177     Meskipun mukamu telah diarahkan ke barat dan ke timur dalam melaksanakan solat pernah salat menghadap Masjidil Aqsha kemudian ke Masjidil Haram,belumlah dikatakan mengerjakan kebaikan bila tidak disertai keimanan kepada Allah dengan benartidak mudah goyah. Kepercayaan dalam hati atau iman,bukanlah semata-mata hadapan lisan ,tetapi pendirian diri. Pendirian tersebut membekas pada perbuatan,sehingga segala gerak dan langkah dalam kehidupan kita ,merupakan akibat dari dorongan imam tersebut. Pada dasarnya manusia sangat menyayangi harta dan bersifat bakhil,tetapi dengan dasar keyakinan bahwa setiap harta yang di keluarkan aka nada gantinya,maka keimanannya mulai di uji,yaitu dengan mengeluarkan harta yang dicintainya,itupun kepada keluarga dekat terlebih dahulu ,baru seterusnya kepada yang lainnya ,seperti anak yatim,fakir miskin,musafir orang yang meminta-minta ,dan menebus hamba sahaya. Iman kepada Allah hendaklah diiringi dengan mengerjakan salat,menunaikan zakat ,dan bila telah datang waktunya hendaklah menempati janji bila dia mempunyai janji dan hendaklah sabar dalam memikul tugas hidup bila ada cobaan. Bila itu semua telah dilaksanakan barulah tergolong orang-orang yang benar. Yang dimaksud dengan kebaikan pada surah Al Baqarah Ayat 177 ini adalah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan senantiasa mewujudkan keimanannya di dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dari perbuatan baik tersebut antara lain sebagai berikut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Memberi harta yang dicintainya kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Memberikan bantuan kepada anak yatim. Memberikan harta kepada musyafir yang membutuhkan. Memberikan harta kepada orang-orang yang terpaksa meminta-minta. Memberikan harta untuk memerdekakaaan hamba sahaya. Menjalankan ibadah yang telah diperintahkan Allah dengan penuh keikhlasan. Menunaikan zakat keppada orang yang berhak menerimanya. Menempati janji bagi mereka yang mengadakan perjanjian. Akan tetapi, terhadap janji yang bertentangan dengan hokum Allah syariat islam seperti janji dalam perbuatan maksiat, maka janji itu tidak boleh haram dilakukan. Nilai amal shaleh sangat erat kaitannya denagn iman. Sebaliknya, amal saleh bila tidak didasari dengan iman bukan karena Allah, maka dosa itu tidak bias ditebus dengan amal saleh sebesar apapun sehingga perbuatan-perbuatan baik yang telah dilakukan tidaka akan bernilai pahala dan siasia. Al Quran dalam hal ini menyatakan sebagai berikut a. Orang yang mati dalam kekafiran akan dihapus amalannya. b. Orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya. c. Amal perbuatan orang0orang kafir akan sia-sia. d. Orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat. e. Orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka. f. Orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan dunia saja. Kata pengantar Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karuniaNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tugas Pak Alex. Penyusunan makalah ini dilaksanakan untuk menyelesaikan tugas mata pelajaran Agama Islam. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini berguna bagi semua pihak. Terima kasih. tafsirqs al-isro ayat 24 : mendo'akan kedua orang tafsir qs ar-ro'du ayat 11 : merubah nasib keadaan tafsir qs. al- fajr ayat 27-30 : jiwa yang tenang; asbabun nuzul qs al-muddatsir ayat 11-26; tafsir qs alkahfi ayat 6 : allah punya anak (menur tafsir qs nuh ayat 10-12 : istighfar dan rizqi; tafsir qs muhammad ayat : 7 "maksud
Baca Al Quran, Sumber PexelsAl Isra merupakan surat ke-17 dalam Alquran yang terdiri oleh 111 ayat dan dikategorikan sebagai surat Makkiyah. Mengutip buku The Miraculous Night Journey Al Isra Wa Al Miraj oleh Arshia Shah, kata Al Isra artinya “perjalanan di malam hari”.Salah satu tema besar yang diangkat surat ini mengenai kaum Bani Israil. Di mana mereka setelah bangkit menjadi bangsa yang kuat, berubah menjadi bangsa yang menyimpang dari ajaran Allah. Cerita tersebut dapat dijadikan peringatan bagi umat Muslim. Jika seseorang meninggalkan iman, mereka juga akan runtuh seperti Bani yang dibahas dalam surat ini tak hanya tentang keruntuhan Bani Israil. Surat Al Isra juga menekankan kasih sayang kepada kerabat-kerabat, orang miskin, dan musafir, seperti yang tercantum dalam ayat 26 yang berbunyiوَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًاArtinya "Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros."Banyak hikmah yang bisa dipetik oleh umat Muslim dari surat di atas. Untuk memahami lebih dalam, makna dan asbabun nuzul surat Al Isra ayat 26 harus diketahui. Untuk mempelajari lebih lanjut, simak ulasan dan Asbabun Nuzul Surat Al Isra ayat 26Mengutip situs resmi Kementerian Agama RI, dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk memenuhi hak kerabat-kerabat, anggota keluarga, orang-orang miskin, dan juga musafir. Hak yang harus dipenuhi di antaranya mempererat tali persaudaraan, bersilaturahmi ke rumah mereka, dan bantu meringankan penderitaan yang sedang mereka alami. Bentuk hak yang diberikan tak harus berupa materi, tapi bisa juga memberikan kasih sayang dan rasa hormat. Jika semua hak tersebut terpenuhi, insyaAllah kita akan mendapatkan pahala yang ayat ini Allah juga melarang umat Muslim untuk menghambur-hamburkan harta serta bersikap boros. Sifat tersebut konotasinya negatif karena penggunaan harta tanpa perhitungan menjadi sangat mubazir. Penekanan ini bertujuan untuk membantu seorang Muslim agar menjadi lebih bijak dalam mengatur dari buku Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Quran oleh Imam As-Suyuthi, At-Thabrani meriwayatkan, ketika surat Al Isra ayat 26 diturunkan, Rasulullah SAW memberikan tanah yang diperoleh dari rampasan perang di Fadak, kepada Fatimah.
26: (وَءَاتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا ﴿الإسراء. "Dan berikan kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, juga (kepada) orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghabur-hamburkan (hartamu) secara boros" (QS, 17 : 26) Ket.
Asbabun nuzul QS. Al- isra' ayat 26- 27Surah Al–Isra’ / 17 atau dikenal juga dengan nama Surah Bani Israil termasuk golongan surah Makiyah. Khusus pada ayat 26 – 27 pada surah Surah Al–Isra’ / 17 ini memiliki asbabun nuzul yang diriwayatkan oleh At Tabrani yang bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri dan dalam riwayat lain oleh Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa ketika turun ayat ini, Rasulullah saw. Memberikan tanah di Fadak tanah yang diperoleh Rasullah dari pembagian ganimah atau rampasan perang kepada Fatimah. Surahal Ra'd:9. Dia lah Yang mengetahui perkara-perkara Yang ghaib dan Yang nyata; Dia lah jua Yang Maha besar, lagi Maha tinggi (yang mengatasi segala-galanya). Surah al Ra'd:10. sama sahaja kepadanya: sesiapa di antara kamu Yang merahsiakan kata-katanya Dalam hati dan Yang menyatakannya; juga Yang bersembunyi pada waktu malam dan Yang
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا ﴿٢٦﴾ wa āti żal-qurbā ḥaqqahụ wal-miskīna wabnas-sabīli wa lā tubażżir tabżīrā Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. 26 Sebab Turunnya Ayat At-Tabrani dan lainnya meriwayatkan dari abu said al-Khudri bahwa ketika turun, dan berikanlah kepada kerabat dekat haknya...’ Rasulullah memanggil Fatimah lalu memberinya Fadak. Ibnu Katsir berkata,”hadis ini bermasalah, sebab ia mengisyaratkan bahwa ayat ini surat Madaniyah, padahal menurut pendapat yang masyhur tidak demikian. Ibnu Mardawaih meriwayatkan hal serupa dengan Ibnu Abbas.
. 148 95 150 81 17 456 377 61

asbabun nuzul surat al isra ayat 26 27